welcome itu selamat datang
di blog anggawedhaswhara
untuk mengunjungi websitenya,
silahkan scan QR-Code berikut

whatyourart

enter itu masuk

Wednesday, November 04, 2009

...

aku tak pernah merasa sebahagia
selain saat kau tertawa dan bersamamu...

aku tak pernah merasakan kedamaian
melebihi yang kau berikan saaat menyayangi aku...

(FAJAR ABADI)

Monday, October 19, 2009

CATATAN RINDU DARI DIES EMAS FAPERTA UNPAD

Mentari menyala disini
Disini didalam hatiku
Gemuruh api nya disini
Disini diurat darahku


Sore itu hujan lebat mengguyur kota Bandung, hujan yang sekejap sempat mengurungkan niat saya mengarahkan kemudi ke Jatinangor, bagian kota kecil dimana Pangeran Kornel pernah menyalami Deandles dengan tangan kirinya seraya tangan kanan menggengggam kepala keris. Untunglah seorang Achdya Kusuma yang baik hati tak sedikitpun ragu menjemput saya untuk melanjutkan perjalanan yang sempat saya urungkan.

Meskipun tembok yang tinggi mengurungku
Berlapis pagar duri sekitarku
Tak satupun yang mampu menghalangimu
Menyala di dalam hatiku...


Ya, sore itu di Jatinangor tengah berlangsung perhelatan Dies Natalies 50th Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Entah apa sesungguhnya yang menguatkan niat saya berkunjung kesana. Meski saya tak terlalu yakin akan ada kawan-kawan satu angkatan saya yang hadir disana. Tapi, takdir takkan mengubah ketentuannya akan hal ini. Sore itu tepal pukul 5 saya menginjakan kaki di kampus itu lagi, kampus yang lama tak saya sambangi, kampus yang memberi arti besar dalam kehidupan saya. Kampus yang telah mengajarkan tentang arti kebersahajaan. Kampus yang telah memberikan takdir jodoh juga pada saya. Kampus yang hari ini telah berubah menjadi kampus yang cantik, sehingga basahnya air hujan menjadikan langit sore itu tampak manis sekali.

Walhasil berjumpalah saya dengan Fikri Rabbani yang ternyata masih setia menanti senja yang lembut di Jatinangor, kemudian saya bertemu Budian Sahala dan Jacko, kawan-kawan muda yang tampaknya masih betah di kampus yang telah menjadi sangat berbeda itu. Berbincanglah kita tentang kerinduan dan kabar-kabar, sebuah sapa yang berkesan basa basi tapi bermakna besar ketika terucapkan sore itu. Tak lama dari kedatangan saya, Abah Iwan Abdurrahman datang seorang diri saja. Tumben.

“Damang bah?”, sapa saya pada Abah sembari bersalaman

“Alhamdulillah”, jawabnya dengan keramahan yang sama

“Teu sareng Kang Eric?”, tanya saya lanjut, sebab biasanya Abah hadir bersama kang Eric Martialis.

“Henteu, Kang Eric tos tipayun... “ begitu jawab Abah sembari mengisi buku tamu lalu dilengan kanannya disematkan pita berwarna hijau.

“Abah tipayun nya ngga, tos diantosan diluhur...”, sembari menunjuk gedung Dekanat.

“Mangga bah”, jawab saya yang tengah direcoki marketing kartu kredit berkedok kartu alumni Unpad.

“Maaf mbak, tapi saya ga suka pake kartu kredit. Riba mbak, riba.”, jawab saya pada si mbak berkerudung yang telah berbicara panjang lebar.

Dengan pita hijau tersemat dilengan kanan dan nametag tergantung didada pemberian kawan-kawan 2009 saya bergegas menuju gedung 5. Ya, gedung 5. Gedung yang telah menghisap sebagian besar hidup saya di Jatinangor. Ditangga gedung itu menuju plasa, sekilas tampak bayangan 3-8 tahun yang lalu. Bayangan kawan-kawan menjuari Sepak Bola Ria, bayangan Kawan-kawan Kotakhijau berdiskusi tentang apa saja, juga bayangan kebersamaan dan rindu yang dimuntahkan dalam kilasan-kilasan foto masa silam. Hmm... senja itu untuk pertamakalinya saya bersama Fikri Rabbani merasakan nostalgia yang mesra.

Magrib dikejauhan terdengar lamat-lamat tepat disaat saya berjumpa dengan Jiun, Opik, Ebes, Gelar, dan beberapa kawan-kawan The Docs yang dikomandoi Eri Mochtar. Hmm... Nostalgia tercipta lagi... pertanyaannya masih sama tentang kabar dan kabar yang sama sekali tak terdengar basa-basi, bahkan lebih terkesan sapaan rindu yang dalam. Lalu berkenalanlah saya dengan anak muda bernama Goro seorang wakil ketua Himagro yang mengajak saya berbincang pendek tentang Food Not Bomb, lalu Food For Resistance. Sore itu bergeser dari obrolan rindu menjadi persoalan pangan yang runyam. Persoalan pangan yang tak kunjung usai, meski 50 tahun sudah Fakultas Pertanian Unpad dengan gagah berdiri di tanah pertiwi ini. Hmm... romantisme menjadi paradoks yang runyam. Hingga tercetus janji saya untuk berbagi dengan lebih panjang persoalan ini pada kawan-kawan Himagro. Tanpa ragu sedikitpun, sore itu dengan diiringi kumandang adzan saya memberikan kartu nama saya pada Goro sebagai pertanda saya siap kapan saja untuk diajak berdiskusi tentang apa saja.

Selepas menunaikan solat maghrib lalu saya jumpai Nonon ada disana juga, kemudian Budidaya Unpad 2001 menjadi 3 oranglah sore itu. Dengan ditemani sajian makan malam, saya, Fikri, dan Nonon kemudian berbicara tentang segala ditemani Pak Ranu, Pak Nana, dan Pak Ading. Tiga orang lelaki yang memiliki jasa cukup besar bagi kawan-kawan mahasiswa Fakultas Pertanian dia era saya, bahkan konon sampai hari ini. Jika boleh saya mengutip istilah Abah Iwan Abdurrahman mereka inilah “Akar”. Ya, mereka inilah akar pohon-pohon yang banyak dilupakan, tersembunyi dari cerita atau lagu. Jangankan lagu, bahkan tiada orang peduli. Akar. Ya, merekalah akar itu.

Pertemuan menjadi semakin besar, oleh kedatangan Gari dan Sulis, dan ketika kita bergerak menuju gedung 5 kembali kita disambut oleh Sofi dan suami, lalu ada Didiet ’99, Yayu ’99 dan Salman anak mereka . Wow, rindu bertambah menjadi besar. Konon Hawari, Agah, Vidi, Hilmi, dan Kholid akan menyusul, kelimanya angkatan ’99.

Akhirnya panggilan MC di plasa mengiring kita berjalan menuju plasa yang telah ramai terisi orang-orang. Ya, orang-orang yang menyimpan rindu yang sama pada almamaternya. Di plasa itulah akhirnya kami berjumpa dengan Riza Rinjani ’98 yang sekarang telah memiliki karir yang cukup cemerlang di sebuah bank besar tanah air. Obrolan tak terlalu panjang sebab dinginnya Jatinangor malam itu menarik kami untuk menikmati segelas kopi yang disediakan di ruang dekanat. Dengan diiringi segelas kopi pahit dan teh manis, bincang-bincang dengan kawan-kawan ‘99 berlangsung lebih intim. Hingga setelah cukup hangat kami kembali ke plasa untuk menikmati acara yang dinanti-nanti, yaitu pertunjukan GPL (Grup Pecinta Lagu) Unpad yang menjadi legenda.

Sebelum pertunjukan GPL, dipanggung MC mendulat dua orang angkatan pertama Faperta Unpad, keduanya kini menjadi dosen Faperta Unpad. Mereka memberikan Orasi Kilas Balik 50 tahun Faperta Unpad yang oleh keduanya diplesetkan menjadi “orasiap” karena konon mereka tidak mempersiapkan apa-apa untuk obrolan malam ini. Walhasil orasi kilas balik yang biasanya menjemukan menjadi sangat cair dan segar. Hatur nuhun Kang eceu ’59 yang telah mengingatkan kita untuk terus bersyukur bahwa hari ini ilmu sangat mudah diperoleh. Tak sesulit di era mereka. Salut saya buat mereka, angkatan pertama, yang menjaid cikal bakal kebersamaan yang tertanam hingga 50 tahun Faperta berdiri.

Akhirnya MC mempersilahkan GPL yang dikomandani Abah Iwan untuk naik ke atas pentas. Sebelumnya ada grup Vokal Grup Faperta Unpad, yang membawakan lagu Manuk Dadali yang sepertinya cukup untuk memanaskan malam yang terasa semakin dingin. Malam itu GPL tampil dengan personil yang hampir lengkap, bahkan Aom Kusman yang akrab disapa Unang oleh kawan-kawannya pun hadir malam itu. Sungguh sebuah penampilan yang sepertinya akan monumental. Sebelum GPL bernyanyi, Abah Iwan memanggil dulu Kang Aat Suratin untuk menyampaikan pembuka. Seperti dalam kebiasaan acara yang dibuka Aat Suratin, malam ini pun Lagu Indonesia Raya membuka pertunjukan dengan sangat khidmat, setelahnya Kang Aat berkisah tentang GPL.

GPL membuka pertunjukan dengan sebuah folksong yang sepertinya dari timur tengah yang saya pernah dengar dari kaset rekaman yang 3 tahun lalu diberikan kang Eric Martialis pada saya dan kawan-kawan _sindikat semutmerah yang saat itu membuat video profil Universtias Padjadjaran. Lagu kedua adalah sebuah lagu perang yang saya duga masih sebuah folksong dari timur tengah, dengan tempo yang menghentak cukup membuat kita berdendang dan menimbulkan semangat yang mantap malam itu.

Setelahnya Kang Iwan menyanyikan sebuah lagu pendek yg saya dengar pertamakali dimalam “Boykot” PAM 2002. Liriknya seperti ini,
KMFP my unique one/Please tell me where your home/My home it sit’s in priangan/It’s made of wood and stone.Sebuah lagu yang membuat saya ingin membuat rumah yang terbuat dari kayu dan batu untuk membesarkan anak-anak saya juga ruang pertemuan saya dengan kawan-kawan untuk berbuat yang berarti bagi masyarakat.

Lagu yang katanya lagu penutup adalah lagu MENTARI yang sengaja dipersembahkan bagi kawan-kawan mahasiswa agar tetap memiliki semangat seterang matahari. Khususnya lirik yang dinyanyikan berulang.

Hari ini hari milikmu
juga esok masih terbentang
dan mentari kan tetap menyala disini diurat darahmu


Lagu ini sengaja oleh saya dijadikan pembuka tulisan ini. Sebab lagu inilah yang cukup memberi semangat bagi saya untuk tetap bertahan di Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran khususnya setelah peristiwa Boykot PAM 2002. Lagu ini konon diciptakan ketika terjadi pendudukan kampus Dipatiukur oleh militer ketika akhir kejayaan orde lama. Dari sejak diperdengarkan pertamakali hingga hari ini lagu Mentari terus memberikan semangat yang berarti bagi hidup saya hingga kini.

Mentari menyala disini
Disini didalam hatiku
Gemuruh api nya disini
Disini diurat darahku

Hmm,akhirnya pertunjukan harus usai juga. Dinyanyikanlah satu lagu setelah endcore. Lagu “Almamater” lah yang dinyanyikan sebagai penutup yang merupakan lagu favorit Profesor Ganjar Kurnia ,Rektor Unpad saat ini yang merupakan lulusan Fakultas Pertanian. Yang seperti diutarakan Abah Iwan lagu ini telah menjadi sakral bagi mereka, dan kita semua.

Kan kutunjukan padamu
Kan kubuktikan padamu
Rasa bangga dan baktiku Almamater

Meski telah jauh darimu
Meski kau kutinggalkan
Rasa bangga ku padamu almamater

Dengan lindungan Tuhanku
Dengan semangat darimu
Ku akan selalu berjuang, almamater


Hadirin meletakkan tangan kanan di dada kiri nya sembari malantunkan lagu itu. Setelahnya riuh semangat dan Standing Aplaouse dipersembahkan tak hanya bagi GPL yang tampil dahsyat malam itu, khususnya bagi Almamater kita Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Selamat Ulang Tahun Emas Fakultas Pertanian, rasa bangga dan baktiku untukmu.

Kini saya tahu, apa yang menguatkan niat saya untuk menghadiri Dies Natalies Emas Faperta Unpad.

Rasa bangga dan baktiku Almamater.

Monday, July 27, 2009

tentang kalung mutiara imitasi itu

kamu sudah ceritakan tetang kalung mutiara imitasi itu... dan sekaranglah mungkin saatnya kmu peroleh kalung mutiara aslimu... percayalah... sebab Tuhan tidak pernah bermain dadu...

Monday, July 20, 2009

kidung 3.1

dara yang baik... tidurlah... sebab esok kau harus bangun pagi menemui mataharimu... nanti kalo sempat dan kamu tak terlalu lelah... temui aku di bukit bunga dibalik bula...

tabik,
celeng

DINDA DIMANA - Katon Bagaskara



kala senja, aku mereka-reka rencana...

Efek Samping

Kalau di tilik-tilik, pada kisaran tahun 1999-2003/2004 kondisi keimanan saya lumayan canggih. Saat itu merasa siap mati. Sy tidak khawatir, karena sy menganggap Allah benar-benar dekat, entah sebagai Sahabat untuk berbagi, atau sebagai Tuhan.

Dan diatas tahun itu, yang ada hanyalah radikalisme pemuda, radikalisme ideologi, keinginan untuk eksis dan berkoar-koar, berkobar. Sy masih ‘malu’ untuk mengakui bahwa di dalam diri sy terdapat keinginan untuk ‘terlihat’ become a famous idol of resistance, sementara hati kecil ini sy borgol, sy sudutkan.

“Manusia memang membutuhkan pengakuan,” ucap seseorang yang nafasnya bau Gudang Garam.

Perkataan kawan saya itu memang manis, terasa renyah, kelihatan bijak. Tapi renyah, manis, bijak dari sudut pandang apa? Jika tak menyebabkan datangnya rahmat dan pahala, untuk apa?

Kita mungkin pernah mendengar, bahwa ujian pertama orang-orang besar bukanlah diosol-osol, diadu-adu, tetapi disanjung-sanjung sampai tinggi sampai tak bisa bernafas lagi, karena jiwa ini terbang jauh menuju atmosfer. Karena jiwa ini melayang tinggi membuat sesak.

Tak baik, tak boleh. Sy bukan orang besar. Sy hanya orang kecil yang berusaha untuk membakar keinginan akan semerbaknya sebuah nama. Karenanya, kini, sy berusaha tak peduli dengan ‘eksibionisme’ secular mengenai manusia harus eksis secara total.

Dalam konsep sy yang sekarang: eksis itu tidak berharga apabila pencapaiannya diawali, dilalui oleh keinginan untuk menjadi eksis. Eksis itu harus muncul alamiah. Harus muncul dari valensi. Karena valensi (menjadi terkenal karena usaha, bakat, karena kecedasan, skill) itu merupakan efek samping. Bukan tujuan. Tapi efek samping.

Diposkan oleh Divan Semesta Jumat, 2009 Juni 26 di http://divansemesta.blogspot.com/2009/06/efek-samping.html

notes: ini adalah catatan yang saya curi dari blognya Divan Semesta, maklum sedang buntu menulis... tapi kurang lebih seperti inilah yg ada dikepala saya akhir-akhir ini... terimakasih Divan sudah mengingatkan... semoga Allah dan para Syuhada senantiasa bersama kita...

Kidung 3.0

dara yang baik. kamu tahu bener apa yg aku pilih. namun bila itu gagal bukan berarti kita tidak pernah berusaha sampai titik darah penghabisan... dukaku, adalah dukamu yang tertusuk ilalang...

tabik,
anak babi

Monday, July 13, 2009

kidung 2.4

Boleh jadi kamu membenci sesuatu,padahal ia amat baik bagimu,dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu,padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (QS.Al-Baqarah:216)

Friday, July 10, 2009

kidung 2.3

kamu bilang bahwa tak ada yg harus disesali...
doakan bahwa masih ada esok pagi untuk kita dara...

Thursday, July 09, 2009

aku pulang

:dara

akhirnya siang itu aku memutuskan untuk pulang...
sebab disanalah Tuhan meletakkan surgaku...
tepat dikaki bundaku..

siang itu, aku pasrahkan jiwa meski terluka..
sebab dikakinyalah tempat pertemuan kita selanjutnya...


celeng

Tuesday, July 07, 2009

untitled no 183

diam-diam mataku bocor persis seperti matamu pagi tadi...

Wednesday, July 01, 2009

Kidung 2.2



saat FAJAR ABADI menyanyikan lagu ini di Jatiwangi Art Festival 2008, aku mengingatmu.. tapi tak kuasa menjumpaimu...

Tuesday, June 30, 2009

menjadi mustika

kamulah yang pertama menunjukkan mustika itu padaku. aku ingat benar malam itu. diatas sofa putih yang akan aku rindukan. meski lentera padam malam itu, tapi aku bisa mencium harumnya dengan yakin. dan malam itu kamu memberikannya padaku. mustika itu telah kau simpan dalam-dalam. kau rawat, kau mandikan, dan kau simpan dalam lemari kaca agar terhindar dari debu. padahal aku yakin bukan debu yang kau hindari, tapi tangan-tangan jahil yang menginginkannya.

malam ini tiba-tiba aku ingin menjadi mustika itu.

Sunday, June 28, 2009

Kidung 2.1

lukanya belum lupa. seperti suka yang menjadi duka. dalam setiap detik tik tak jarum jam yang berdetak cepat. dalam setiap dosa yang kita lewatkan bersama. ada kenangan yang kita torehkan dengan duka. kamu, ada adalah aku besok lusa..

Wednesday, June 24, 2009

HANCUR HATIKU



hancurlah berantakan semuanya...

Tuesday, June 23, 2009

berantakan!

berantakan banget semuanya!!!!!!!!

kidung

aku tahu benar.. subuh itu kamu merapat ke pundak ayahmu, sebab kau dapati telah disia-siakan dengan luka yang menganga, luka yang sulit kau tinggalkan, yang telah membekas dalam-dalam. aku telah mengkhianatimu. bukan karena enggan, namun kenyataan yang tak terhindarkan. padahal kamu telah menancap dalam malam dalam-dalam.

selepas kecupmu, aku kebas..

subuh itu, aku tahu benar akan menyesali malam kemarin...

pesan

senja itu celeng mengirim pesan pada dara "its happen for a reason, but its hard for me to find it.... ga sama2 kamu itu aku kacau... makan siang aja sampe sekarang belum...".. dan dara tak membalasnya...

Monday, June 08, 2009

untittled

jika saja hanya cantik yang aku cari, lalu apa bedanya aku dengan kebanyakan lelaki yang bertebaran di muka bumi ini? aku mencari surga di bukit bunga dibalik bulan... yang konon disembunyikan Tuhan dibawah kaki Bunda...

untittled

sejatinya MENCINTAI itu cukup melihatnya BAHAGIA tp nafsu membuatnya lain.... keinginan untuk MEMILIKInya jauh lebih besar ketimbang keinginan membuatnya BAHAGIA....

Tuesday, May 19, 2009

Emang gaji sakitu cukup jang hirup di Bandung?


Beberapa waktu lalu sy berjumpa seorang kawan lama. Setelah ngobrol kesana kemari akhirnya dia bertanya tentang alasan kepindahan saya dari pekerjaan saya dahulu, padahal katanya sistem kerja dan pendapatan yg saya peroleh saat itu jauh diatas rata2. Hampir 3 kali gaji yg diperoleh si kawan itu. "Balaga maneh!" begitu katanya...

Hmm... ini bukan soal belagu-belaguan sebenarnya. Ini adalah tentang apa yg saya peroleh dan saya cita-citakan. Dan tak ada hubungannya dengan uang. Ini soal apa yg saya kejar dalam hidup saya.

Bekerja diperusahaan terdahulu itu benar2 menyenangkan buat saya. Dengan duduk di belakang komputer, gagambaran, terus paling pergi keluar buat pesen kopi atau beli makan, lalu diakhir bulan sy menerima gaji yg saat itu 3 kali gaji kawan saya. Tapi ternyata bukan itu yg saya inginkan. Saya ingin mencintai pekerjaan saya. Setelah itu persoalan penghasilan bukan urusan sy. Dan ibu sy sering mengajarkan bahwa rejeki itu sudah ada bagiannya. Tinggal kita berusaha dan berdoa saja.

Kembali lagi ke soal pekerjaan sy diperusahaan terdahulu. Meski bergaji hampir 3 kali gaji kawan sy, tapi seringkali sepulang bekerja saya mengeluh "cape". Seringkali di waktu ada yg membutuhkan, sy sedang sibuk oleh pekerjaan2an saya. Bahkan seringkali dikala harusnya sy bersenang-senang sy malahan harus tetap memikirkan tentang pekerjaan. Waktu sy untuk keluarga juga kekasih sy adalah waktu sisa dari pekerjaan sy. Hmm...

Sy sempat berpikir, "apakah semua org bekerja seperti ini?". Tak ada waktu bersosialisasi? Memberi waktu untuk keluarga dari sisa2 waktu bekerja? Mengeluh ketika terpaksa harus lembur? "Cape" setiap habis kerja. Bisa jadi.

Tapi kayanya itu ga akan terjadi kalo kita mencintai pekerjaan kita. Jadi, judulnya bukan soal berapa banyak uang yg kita peroleh, tapi berapa besar kita mencintai pekerjaan kita. Persis seperti hari ini.

Gaji yg sy peroleh dari tempat kerja sy sekarang lebih kecil dari gaji kawan sy yg tahun lalu gajinya 1/3 gaji sy dan masih sama sampai hari ini. Bedanya skrng gaji sy tak 3 kali lipat gajinya, bahkan lebih kecil dari gajinya. Tapi karena sy bekerja dengan cinta, alhasil persoalan gaji itu tidak menjadi persoalan. Bahkan alhamdulillah menjadi barokah. Sy masih bisa bayar cicilan motor, masih bisa nongkrong di cafe2 yang bertebaran di kota kembang, masih bisa ngajakin keponakan-keponakan sy nonton dan menjajah pameran buku.

Lebih dari itu semua, ternyata penghasilan sy sejak tahun lalu tidak pernah berubah... Allah mengatarkan rejeki buat saya dari jalan yang lain sehingga totalnya masih 3 kali gaji si kawan sy. Bedanya, sy lebih bahagia... dan lagi-lagi ini bukan tentang berapa jumlah uang yang kita peroleh..


BK39,
anggawedhaswhara


* tulisan sy ini adalah jawaban atas pertanyaan beberapa kawan tentang pilihan sy mundur dari pekerjaan lama dan mengambil pekerjaan baru saya.. bahkan untuk pertanyaan, "emang gaji sakitu cukup jang hirup di bandung?". hmmm... tak selamanya bekerja itu soal uang kawan.. juga untuk kawan-kawan sy yg sering mengeluh tentang pekerjaannya.. untuk kawan2 yang mengeluh tentang gajinya.. juga untuk kawan2 yg belum bekerja.. Allah mah Maha Beunghar...
** sorry kalo tulisan ini tak terstruktur dengan baik.. hoream nulis tapi harus ditulis, kaburu poho...
*** mungkin ini yg dimaksud Nugie dengan LENTERA JIWA...

Tuesday, April 14, 2009

Neng Nurul jeung Bubur Mang Odon

Isuk harita kuring inget boga jangji jeung Neng Nurul, rek ngajak manehna jajan bubur Mang Odon hareupeun Stasion Andir. Cag, kuring nelpon langsung ka manehna. Kusabab ieu jangji teh geus leuwih ti 2 minggu. Sanajan panon tunduh jeung awak rada sing sariak kuring maksakeun jang nyumponan jangji ka manehna.

"Bisa bicara dengan Nurul", ceuk kuring balaga make basa Indonesia sagala. Jeung pan kuring teh nelepon kana henpon, geus barang tangtu manehna nu ngangkat. Tapi bisa oge lain.

"Sareng saha nya?" sora Neng Nurul halimpu kadengena.

"Sareng aa.."

"oh, muhun a.. kumaha? kamari tos katampi tacan uleman teh? punten teu ngantosan heula, da ata geuningan pun biang tos neleponan wae, hawatos sapertosna mah. umaha aa tiasa sumping? moal sesah da a tempatna mah. sanes aa tipayun kantos ngajajap eneng kaditu panan?", ceuk Neng Nurul terus we baceo jiga nu teu make ngarenghap.

Puguh we kuring bingung, sok kuring nanya ka anjeuna.

"uleman saha? tempat naon? ngajajap kamana?"

"hhh?"

"muhun neng, aa teu ngartos yeuh.."

"na ieu sareng a rahmat sanes?"

"beu, ieu mah sareng a dudung neng..."

"ah, sia dudung! kehed! sugan teh saha?! babalagaan make aa sagala.. naon?! isuk-isuk geus nelepon kuring..", sora neng nurul dumadak jadi ngagoak. galak.

"naha teu meunang kitu kuring nelepon?", kuring teu eleh geleng ku manehna.

"nya henteu... asa araraheng we, isuk-isuk kieu maneh nelepon... aya naon?" sora neng nurul ngalaunan ditungtungna.

"adeuk moal dahar bubur teh? buru geura hudang. kuring jemput hareupeun imah ayeuna. buru. tong nepi kuring kudu nungguan lila"

******

kacaritakeun kuring jeung neng nurul geus nepi di tukang bubur.

"bubur naon?", tanya kuring teu penting pisan.

"nya bubur hayam lah.. emang aya bubur kacang didieu? ataw bubur kertas meureun aya nya?", ceuk neng nurul rada calutak.

"maksad aa teh, ingkang rayi palay bubur naon? spesial? telor? ati ampela? atanapi biasa?"

"pami sia?"

"eta nyarios neng... ulang ngangge "sia" atuh.. aa, kituh..."

"enya... aa.. aa sia.. hehe", ceuk neng nurul bari nyerengeh.

"eta nya... awon neng.. bade naon atuh?", kuring rada ngelemesan.

"nya, eta wehlah.. bubur kertas.. tong lada teuing..."

"nya! montong dihereuykeun.....", ceuk kuring rada ambek.

"mangga atuh, bubur hayam ati ampela tong dimangkokan mang", ceuk neng nurul bari noel ka nu dagang.

"abi ge mang... tong dibuburan..", ceuk kuring kagok edan.

si emang ngan saukur seuri we. maklum, da kuring geus biasa dahar bubur didinya. kitu oge neng nurul. ngan can pernah babarengan saacanna, ieu mimiti pisang kuring dahar bubur mang odon paduduaan jeung awewe. nya katempo Mang odon ge rada aheng nempo kuring sakitu akrabna jeung neng nurul. ngan, kuring teu ngarasa kudu loba cumarita ka mang odon.
[]

MEGAWATI TEU SUDI DIGEROAN SBY!

Sababaraha waktu katukang Indonesia di genjlengkeun ku sisindiran politik antara Megawati Sukarno Putri jeung Presiden SBY. Nepi ka aya nu nyarita ka kuring yen Megawati teu sudi pisan-pisan mun kudu digeroan Pa SBY.

Cag kuring mule ngira-ngira, naon sababna Ibu Megawati Sukarno Purti teu sudi di geroan ku SBY. kuring nanya ka eta nu nyarita naon sababna Megawati teu sudi di geroan Pa SBY.

Nya baturan kuring ngan nyarita kieu,"Aya 2 alesan nu jadi sabab. Kahiji manehna awewe, teu mungkin hayang digeroan bapak. Kadua, ngaran manehna Megawati lain SBY. Jadi manehna teu sudi pisan-pisan digeroan "Pa SBY". Hayangna digeroan "Ibu Megawati" we cukup, ataw ngarah leuwih akrab mah "Mbak Mega" kitu"

"Koplok!", ceuk kuring bari tuluy ngudud.


slipi, satu hari sebelum pemilu 2009
anggawedhaswhara

Thursday, March 12, 2009

untitled

akulah keras kepala
tak kuasa menentang bunda

sebab aku keras kepala
akan bersama disana

ya disana

dalam siluet merah jingga
bersepeda kita

seperti celeng dan dara
tak ada maaf hari ini



bk39,
anggawedhaswhara

Tuesday, February 24, 2009

AYI 2: Asian Youth Imagination


Pameran Seni Visual Berbasis Performance Art
Jogja Gallery, Yogyakarta | 28 Februari – 11 Maret 2009

Partisipan
India : Sapna, Manggalamma
China : Chang Guang Feng, Dan Yeoh, Ezzam Rahman
Taiwan : Huang Min C, REDCAT, Chen Shih_Sun
Philippines : Racquel De Loyola, Kaey O’yek
Thailand : Angkrit Ajchariyasophon
Myanmar : Moe Satt
Vietnam : Ngyen Huy An
Sri Lanka : Janani Coornay
Japan : Kana Fukushima, Shoei, Mayumi
Indonesia
Yogyakarta : Citra Pratiwi, Rennie Agustine, Muhammad Lugas Sylabus
Jakarta : Arif Darmawan
Bandung : Muhammad Angga Wedhaswhara, Yopie Liliweri
Bali : Made Surya Darma
Surabaya : Ilham J Baday

Asian Youth Imagination 2 (AYI 2), adalah lanjutan dari penyelenggaraan performance art serupa yang diadakan Desember 2008 lalu di Jepang. Pada penyelenggaraan kedua ini, sifat acara dibedakan dari sebelumnya meskipun mempertahankan elemen utama, penyajian karya-karya performer muda usia yang tinggal di Asia. Muda disini dibatasi dengan rentang umur 33-19 tahun. AYI 2 diinisiasi oleh tim produksi yang anggotanya juga berusia muda, bernama “We Are Imagining”.

AYI 2 menampilkan semua elemen yang ada dalam wacana performance art, kemudian mengumpulkannya menjadi suatu kesatuan yang sama kuat untuk diapresiasi. Yakni, video performance, dokumentasi performance, penampilan langsung (live performance), dan segala kemungkinan ekstensi dari bentuk performance art dalam bentuk bekunya. Seluruh elemen tersebut akan disajikan layaknya pameran visual yang sering diadakan di Yogyakarta dan Indonesia.

Istilah Performance Art dalam kajian seni rupa dicatat sebagai seni penampilan atau seni performa, dimana tubuh menjadi media utama dalam menampilkan pesan atau konsep ingin disampaikan oleh perupa. Performance art dalam pameran ini adalah aksi yang dilakukan seseorang atau kelompok dengan berbagai aspek yang dipersiapkan, direkayasa, kemudian dimanfaatkan. Aspek-aspek ini mencakup pemosisian tubuh performer sebagai subyek yang menghubungkan dirinya dengan sekitar, dalam jangkauan ruang dan kurun waktu tertentu.

AYI 2 akan diselenggarakan mulai tanggal 28 Februari hingga 11 Maret 2009 di Jogja Gallery, Jl. Pekapalan No.7 Alun-alun Utara Yogyakarta. Hari pertama pameran diisi dengan acara pembukaan berlangsung pada pukul 14.00-17.00 WIB. Agenda acara lainnya adalah diskusi atau gathering yang akan mengundang beberapa pembicara seperti Tisna Sanjaya, Arahmaiani, M. Marzuki, Sigit Pius, Iwan Wijono, Arief Yudi, Afrizal Malna, Mella Jaarsma, M. Zamzam Fauzannafi, Yoshi Fajar, Samsul Bahri, Lugas Syllabus, dan Agus Jemat. Diskusi diadakan pada 8 Maret 2009, pukul 13.30 WIB, di ruang pertemuan Jogja Gallery.

Pameran diikuti oleh sekitar 18 orang performer yang berasal dari beberapa negara di Asia. Antara lain dari Korea (Kim Ji Hee), Myanmar (Moe Satt), Taiwan (Che Shih Sun/Redcat), India (Janani Coornay & Sapna H.S), Jepang (Kana Fukushima, Sohei Nomoto, Hiroto Naokatahira), Singapore (Angie Seah), dan tentu saja Indonesia yang diwakili oleh seniman dari kota Jakarta (Arif Darmawan & kelompok Harmoni Kota), Bandung (Angga Wedaswhara & Yopie Liliweri), Yogyakarta (Citra Pratiwi, Rennie Agustine, M. Lugas Syllabus), dan Bali (I Made Suryadarma).

Dengan diselenggarakannya pameran ini diharapkan dapat membangun dan memperluas jaringan antar seniman muda Asia, melihat evolusi para performer muda, forum untuk berbagi pengalaman proses kekaryaan, sekaligus sosialisasi penyajian performance art selain melalui format festival.

Acara ini terselenggara berkat dukungan para performer dan penyelenggara AYI 1, dukungan penuh dari Jogja Gallery, juga dukungan dari Indonesian Visual Art Archive, kotakhitam, YORC, Majalah GONG, dan Majalah Kabare.


(http://q-nansha.blogspot.com/2009/02/ayi-2-asian-youth-imagination.html)

Tuesday, January 27, 2009

Catatan 3: Dican dan Sepasang iPod Canggih.

:buat Dican, adik kecilku

Dican punya iPod baru. Dibelikan ayahnya dari kawasan elektronika Glodok di Jakarta. Warnanya merah hati, seperti warna baju yang dikenakan ayahnya sewaktu membeli iPod merah hati itu. Tombol-tombolnya putih. Sisanya kabel berwarna putih yang membuat penampakannya menjadi manis dan elegan. Bahkan seorang Bill Gates pun tak akan mampu membelinya.

Saking senangnya, Dican pun ingin berbagi kebahagiaan dengan Anto kekasih barunya yang hobi berpakaian kuning. Akhirnya dibelilah sebuah iPod yang sama, yang bahkan Bill Gates pun tak sanggup membelinya. Maka, genaplah satu pasang iPod merah muda dimiliki Dican.

Satu miliknya yang adalah pembelian ayahnya, satu lagi untuk kekasih Dican yang selalu berbaju kuning yang adalah pembelian Dican seorang.

****

Senja itu warnanya abu-abu, dengan membawa kotak berisi iPod merah hati Dican pergi menuju rumah Anto yang berbaju kuning. Terlihat bayangan Dican dengan latar matahari yang perlahan tenggelam ditelan bumi.

Romantis benar senja itu.

Anto sedang memotong tanaman pagar didepan rumahnya. Sekonyong-konyong Dican datang.

"Aa, aku punya hadiah buat aa.."

"Hai Dican, apakabar? sudah darimana?"

"Ini a, aku punya kejutan buat aa"

"Apa can?, aku sudah tahu perihal kening lebarmu itu..."

"Ah, si aa mah! bukan itu. aku punya hadiah buat aa"

"Hadiah apa Tarang* ku?"

"Ini a, buka saja..."


Anto yang berbaju kuning itu diam saja saat membuka hadiahnya. Tak ada rona bahagia atau sedikit pun rasa terimakasih.

Lalu Dican pun bertanya, "Kenapa a? aa ga suka?"

"Aa marah? kenapa a? jawab a? jawab?"

"Kamu tahu apa warna kesukaanku?"

"Kuning a.."

"Terus kenapa kamu belikan warna merah hati ini?"

"Biar sama a.."

"Tapi aku ga suka. Nih kamu ambil lagi, ga usah kasih-kasih lagi aku hadiah"

"Aa..........."

Lagu putus cinta mendayu.

Tapi Dican tidak menangis.


****

Diberikannya iPod merah hati itu pada ayahnya. Alang kepalang bahagianya si ayah. Bahagia tak terperikan.

Akhirnya Dican sekarang memiliki iPod yang sama dengan ayahnya. iPod canggih berwarna merah hati yang bahkan Bill Gates pun tak sanggup membelinya.

Memang, malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya**.




Slipi, 27 Januari 2009 | 00:04
anggawedhaswhara


catatan:
* bahasa sunda=kening
** saya berterimakasih pada Dewi Lestari atas kalimat ini.

LUDAH AMERIKA - Hujan Band



Song: Ludah Amerika - Hujan Band
Edited: anggawedhaswhara
video source: Youtube.com

Saturday, January 24, 2009

FOOD FOR RESISTANCE!

Mendapat e-mail dari sahabat lama saya, Ferial Afif. Seorang performer artist yang kini bermukim di Jogja. mengundang saya untuk turut serta dalam Asian Youth Imagination 2, yang akan mengundang beberapa seniman muda pelaku performans di Asia yang mayoritas kelahiran tahun 80an. Dilaksanakan pada 28 Februari - 11 Maret 2008 di Jogja Gallery.

Akhirnya saya harus mengirimkan Konsep Karya dan menjawab beberapa pertanyaan seperti berikut,

Deskripsi mengenai kamu secara pribadi/personal (10 baris)?
Saya lahir dan dibesarkan di Bandung sejak tanggal 15 Januari 1983. Menyelesaikan pendidikan pada program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Unpad. Saya adalah seorang performer artist yang aktif mempresentasikan karya perfomance art sejak tahun 2003. Sejak menyelesaikan kuliah pada awal tahun 2007, saya mulai intens untuk mengangkat isu-isu yang berkaitan dengan lingkungan, dunia pertanian, revolusi hijau, dan politik pangan dalam karya-karya performance art saya dengan kesadaran “hutang profesi”. Terlahir dalam keluarga yang “nyantri” , adalah sebuah tantangan bagi saya karena aktifitas kesenian yang saya lakukan sering dianggap “aneh” oleh keluarga. Namun hal itu yang akhirnya membuat saya banyak belajar bagaimana mendekatkan seni dan masyarakat dan akhirnya memikirkan cara bagaimana seni yang saya buat menjadi “mudah” bagi orang-orang.

Sejarah singkat sampai akhirnya mengikuti/melakukan performans (10 baris)?
Awal ketertarikan saya pada kesenian dimulai sejak bergabung dengan Teater Ah SMU Negeri 1 Bandung pada tahun 1998. Bosan dan jenuh bermain teater “konvensional”, pada tahun 2003 saya memastikan diri untuk menjadi seorang performance artist setelah turut serta dalam Bandung Performance Art Festival #2, lalu terpilih untuk berpartisipasi pada 2nd IAPAO Meeting . Karya performance art saya pernah di presentasikan di Bandung, Garut, Jakarta, Jogjakarta dan Malang baik di ruang public, kampus maupun di ruang kesenian. Tahun 2006 saya terpilih sebagai seniman yang mempresentasikan karyanya di Bandung New Emergence Volume 1. Pada tahun 2007 saya di undang untuk mempresentasikan karya performance art di Notthatbalai Art Festival, Kuala Lumpur. Sejak menyelesaikan kuliah pada awal tahun 2007, saya mulai intens untuk mengangkat isu-isu yang berkaitan dengan lingkungan, dunia pertanian, revolusi hijau, dan politik pangan dalam karya-karya performance art saya dengan kesadaran “hutang profesi”. Terakhir mempresentasikan karyanya pada 2nd Jatiwangi Arts Festival – International Performance Art in Residence, Agustus 2008.

Siapa yang menjadi inspirasi kamu dalam hidup?
STEVE JOBS dan para petani

Konsep dan rencana karya
Judul : FOOD FOR RESISTANCE
Konsep : Mari makan dan melawan!

Plot :
1. Arena berbentuk seperti dapur. Saya sudah siap dengan perlengkapan masak dan bahan2 makanan.
2. Lalu saya akan sedikit bercerita tentang bahan2 makanan yang akan saya olah ini darimana asalnya.
3. Sembari bercerita tentang bahan2 makanan itu saya akan membuat bentukan-bentukan serupa senjata untuk kemudian di foto masing-masingnya.
4. Bentukan-bentukan itu kemudian saya olah menjadi makanan siap santap untuk kemudian di santap bersama-sama audience.
5. Selesai!

Material :
1. Seperangkat kompor gas pembagian pemerintah.
2. Wajan, pisau, dan alat masak penunjangnya.
3. Bahan2 makanan dari sortiran hypermarket serupa Carefour, Giant, dll
4. Rice Cooker
5. Meja
6. Daun pisang



begitulah akhirnya saya mengirimkan kebutuhan-kebutuhan yang dimintanya. Semoga saya diberi kesempatan untuk mempresentasikan karya saya dalam event tersebut. Insyaallah...

Wednesday, January 21, 2009

AKU MENJELAGA

aku menjelaga jingga
ada apa dengan senja yang menguning itu?

gelisah memampat pada aroma tubuhmu yang aduhai
kapan mendendangkan lagi lagu rindu?

aku
jelagaku

membakar sisa senja yang buram


BK39, 22 januari 2009 | 17:21
anggawedhaswhara

Saturday, January 10, 2009

Diplomasi Munafik ala Yahudi Mengungkap Fakta Hubungan AS-Israel

Diplomasi Munafik ala Yahudi
Mengungkap Fakta Hubungan AS-Israel

Paul Findley
(mantan anggota Kongres AS)

* * *


KLAIM-KLAIM ISRAEL ATAS PALESTINA

Israel mendasarkan klaim-klaimnya untuk mendirikan sebuah negara di Palestina atas tiga sumber utama: warisan Perjanjian Lama dari Kitab Injil, [1] Deklarasi Balfour yang diumumkan Inggris Raya pada 1917, dan pembagian Palestina menjadi negara Arab dan negara Yahudi yang direkomendasikan oleh Majelis Umum PBB pada 1947.


OMONG KOSONG

" Atas dasar hak alamiah dan hak kesejarahan kita... dengan ini [kami] memproklamasikan berdirinya sebuah Negara Yahudi di Tanah Israel-Negara Israel ." --Deklarasi Kemerdekaan Israel, 1948 [2]

FAKTA

Menurut sejarah, bangsa Yahudi bukanlah penduduk pertama Palestina, pun mereka tidak memerintah di sana selama masa pemerintahan bangsa-bangsa lain. Para ahli arkeologi modern kini secara umum sepakat bahwa bangsa Mesir dan bangsa Kanaan telah mendiami Palestina sejak masa-masa paling kuno yang dapat dicatat, sekitar 3000 SM hingga sekitar 1700 SM. [3][4] Komisi King-Crane AS menyimpulkan pada 1919 bahwa suatu klaim "yang didasarkan atas pendudukan pada masa dua ribu tahun yang lalu tidak dapat dipertimbangkan secara serius." [5] Selanjutnya datanglah penguasa-penguasa lain seperti bangsa-bangsa Hyokos, Hittit, dan Filistin. Periode pemerintahan Yahudi baru dimulai pada 1020 SM dan berlangsung hingga 587 SM. Orang-orang Israel kemudian diserbu oleh bangsa-bangsa Assyria, Babylonia, Yunani, Mesir, dan Syria hingga Hebrew Maccabeans meraih kembali sebagian kendali pemerintahan pada 164 SM. Tetapi, pada 63 SM Kekaisaran Romawi menaklukkan Jerusalem dan pada 70 M menghancurkan Kuil Kedua dan menyebarkan orang-orang Yahudi ke negeri-negeri lain. Ringkasnya, bangsa Yahudi kuno menguasai Palestina atau sebagian besar darinya selama kurang dari enam ratus tahun dalam kurun waktu lima ribu tahun sejarah Palestina yang dapat dicatat --lebih singkat dibanding bangsa-bangsa Kanaan, Mesir, Muslim, atau Romawi.

Pada 14 Mei 1948, sekitar tiga puluh tujuh orang menghadiri pertemuan Tel Aviv di mana kemerdekaan Israel dinyatakan sebagai "hak alamiah dan historis." Namun para kritikus menuduh bahwa aksi mereka tidak mempunyai kekuatan yang mengikat dalam hukum internasional sebab mereka tidak mewakili mayoritas penduduk pada waktu itu. Sesungguhnya, hanya satu orang di antara mereka yang dilahirkan di Palestina; tiga puluh lima orang berasal dari Eropa dan seorang dari Yaman. Tegas sarjana Palestina Issa Nakhleh: "Minoritas Yahudi tidak berhak untuk menyatakan kemerdekaan suatu negara di atas wilayah yang dimiliki oleh bangsa Arab Palestina." [6]

OMONG KOSONG

" 'Sertifikat kelahiran' internasional Israel disahkan oleh janji dalam Kitab Injil ." --AIPAC,[*)] 1992 [7]

FAKTA

Klaim-klaim tentang dukungan ilahiah atas ambisi-ambisi kesukuan maupun kebangsaan sangat lazim ditemukan di masa kuno. Bangsa-bangsa Sumeria, Mesir, Yunani, dan Romawi semuanya menyitir wahyu-wahyu ilahi untuk penaklukan-penaklukan mereka. Sebagaimana dicatat oleh ahli sejarah Frank Epp: "Setiap fenomena dan proses kehidupan dianggap sebagai hasil campur tangan dewa atau dewa-dewa... bahwa sebuah negeri yang baik telah dijanjikan kepada bangsa yang lebih baik oleh dewa-dewa yang lebih tinggi." [8] Tidak ada pengadilan atau badan dunia di masa sekarang ini yang akan menganggap sah suatu hak pemilikan yang didasarkan atas klaim yang dinyatakan berasal dari Tuhan. [9] Bahkan bagi mereka yang mengartikan restu Injil secara harfiah sebagai restu dari Tuhan, para ahli Injil seperti Dr. Dewey Beegle dari Wesley Theological Seminary menyatakan bahwa bangsa Yahudi kuno tidak berhasil mematuhi perintah-perintah Tuhan dan karenanya kehilangan janji itu. [10]

OMONG KOSONG

" Hak [bangsa Yahudi untuk melakukan restorasi nasional di Palestina] diakui oleh Deklarasi Balfour ." --Deklarasi Kemerdekaan Israel, 1948 [11]

FAKTA

Deklarasi Balfour secara sengaja tidak mendukung pendirian suatu bangsa Yahudi. Deklarasi itu termuat dalam sebuah surat yang dikirimkan oleh Menteri Luar Negeri Inggris Arthur James Balfour kepada Lord Rothschild, presiden Federasi Zionis Inggris, pada 2 November 1917. Deklarasi itu telah disetujui oleh kabinet Inggris dan dikatakan: "Pemerintah menyetujui didirikannya sebuah tanah air bagi bangsa Yahudi di Palestina, dan berusaha sebaik-baiknya untuk melancarkan pencapaian tujuan ini, setelah dipahami secara jelas bahwa tidak akan dilakukan sesuatu yang dapat merugikan hak-hak sipil dan hak-hak keagamaan komunitas non-Yahudi yang ada di Palestina, atau hak-hak dan status politik yang dinikmati oleh bangsa Yahudi di setiap negeri lain." [12] Pada 1939 British White Paper secara khusus menyatakan bahwa Inggris "tidak bermaksud mengubah Palestina menjadi sebuah Negara Yahudi yang bertentangan dengan kehendak penduduk Arab di negeri itu." [13]

OMONG KOSONG

" [Palestina adalah] tanah air tanpa rakyat bagi rakyat [Yahudi) yang tidak bertanah air ." --Israel Zangwill, Zionis senior, c. 1897 [14]

FAKTA

Ketika Deklarasi Balfour diumumkan pada 1917 ada kira-kira 600.000 orang Arab di Palestina dan kira-kira 60.000 orang Yahudi. [15] Lebih dari tiga puluh tahun selanjutnya rasio itu menyempit ketika imigrasi Yahudi bertambah, terutama akibat adanya kebijaksanaan anti-Semit Adolf Hitler. Namun, menjelang akhir 1947 ketika PBB berencana untuk membagi Palestina, bangsa Arab masih merupakan penduduk mayoritas, dengan jumlah orang Yahudi mencapai hanya sepertiganya --608.225 orang Yahudi berbanding 1.237.332 orang Arab. [16] [17] Ketika Max Nordau, seorang Zionis senior dan sahabat Zangwill, mengetahui pada 1897 bahwa ada penduduk asli Arab di Palestina, dia berseru: "Aku tidak tahu itu! Kita tengah melakukan suatu kezaliman!"

Penduduk Palestina bukan hanya sudah ada di sana, mereka bahkan telah menjadi masyarakat mapan yang diakui oleh bangsa-bangsa Arab lainnya sebagai "bangsa Palestina." Bangsa itu terdiri atas golongan-golongan intelektual dan profesional terhormat, organisasi-organisasi politik, dengan ekonomi agraria yang tengah tumbuh dan berkembang menjadi cikal bakal industri modern. [18] Kata ilmuwan John Quigley: "Penduduk Arab telah mapan selama beratus-ratus tahun. Tidak ada migrasi masuk yang berarti dalam abad kesembilan belas." [19]

OMONG KOSONG

" Atas dasar... resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan ini [kami] memproklamasikan berdirinya sebuah Negara Yahudi di Tanah Israel --Negara Israel ." --Deklarasi Kemerdekaan Israel, 1948 [20]

FAKTA

Hanya karena tekanan kuat dari pemerintahan Truman sajalah maka Rencana Pembagian PBB diluluskan oleh Majelis Umum pada 29 November 1947, dengan perolehan suara 33 lawan 13 dan dengan 10 abstain dan 1 absen. Di antara bangsa-bangsa yang mengalah pada tekanan AS adalah Prancis, Ethiopia, Haiti, Liberia, Luksemburg, Paraguay, dan Filipina. [21] Mantan Wakil Menteri Luar Negeri Sumner Welles menulis: "Melalui perintah langsung dari Gedung Putih setiap bentuk tekanan, langsung maupun tak langsung, dibawa untuk disampaikan oleh para pejabat Amerika kepada negara-negara di luar dunia Muslim yang diketahui belum menentukan sikap atau menentang pembagian itu. Para wakil dan perantara dikerahkan oleh Gedung Putih untuk memastikan bahwa suara mayoritas akan terus dipertahankan." [22]

Rencana pembagian, yang dinamakan Resolusi 181, membagi Palestina antara "negara-negara Arab dan Yahudi yang merdeka dan Rezim Internasional Istimewa untuk Kota Jerusalem." [23][24] Namun Majelis Umum, tidak seperti Dewan Keamanan, tidak mempunyai kuasa lebih dari membuat rekomendasi. Ia tidak dapat mendesakkan rekomendasi-rekomendasinya, pun rekomendasi-rekomendasi itu tidak mengikat secara hukum kecuali untuk masalah-masalah internal PBB. [25] Calon Menteri Luar Negeri Israel Moshe Sharett mengatakan bahwa resolusi itu mempunyai "kekuatan mengikat," dan Deklarasi Kemerdekaan Israel mengutipnya tiga kali sebagai dasar kebenaran yang sah bagi berdirinya negara itu.

Bangsa Palestina, yang memang berhak, menolak rencana pembagian itu sebab rencana tersebut memberikan pada bangsa Yahudi lebih dari separuh Palestina, meskipun dalam kenyataannya mereka itu hanyalah sepertiga penduduk dan hanya memiliki 6,59 persen tanah. [26] Di samping itu, bangsa Palestina berkeras bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak mempunyai hak yang sah untuk merekomendasikan pembagian jika mayoritas penduduk Palestina menantangnya. Sekalipun demikian, dengan menolak pembagian tidak berarti bangsa Palestina menolak klaim mereka sendiri sebagai suatu bangsa merdeka. Yang mereka tentang adalah negara Yahudi yang didirikan di atas tanah Palestina, bukan hak orang-orang Yahudi sebagai suatu bangsa.

Pemimpin Yahudi David Ben-Gurion menasihati para koleganya untuk menerima pembagian itu sebab, katanya pada mereka, "dalam sejarah tidak pernah ada suatu persetujuan final --baik yang berkaitan dengan rezim, dengan perbatasan-perbatasan, dan dengan persetujuan-persetujuan internasional." [27]

Salah seorang perintis Zionis besar, Nahum Goldmann, mengungkapkan sikap pragmatis dengan cara berbeda: "Tidak ada harapan bagi sebuah negara Yahudi yang harus menghadapi 50 tahun lagi untuk berjuang melawan musuh-musuh Arab." [28]

OMONG KOSONG

" Aslinya Palestina mencakup Yordania ." Ariel Sharon, Menteri Perdagangan Israel, 1989 [29]

FAKTA

Dalam sejarah panjang Imperium Islam/Usmaniah, Palestina tidak pernah berdiri sebagai suatu unit geopolitik atau administratif yang terpisah. Ketika daerah di Laut Tengah bagian timur antara Lebanon dan Mesir diambil alih oleh Inggris Raya dari Turki pada akhir Perang Dunia I, bagian-bagian tertentu dari apa yang disebut Palestina berada di bawah wilayah administrasi Beirut sementara Jerusalem menjadi sanjak, sebuah distrik otonom. [30] Daerah di sebelah timur sungai Yordan --Transyordan-- adalah, dalam kata-kata sarjana Universitas Tel Aviv Aaron Klieman, "sesungguhnya merupakan terra nullius di bawah kekuasaan bangsa Turki dan dibiarkan tanpa kepastian dalam pembagian Imperium Usmaniah." [31]

Dalam memulai mandat di Palestina atas nama Liga Bangsa-bangsa pada 1922, Inggris mendapatkan Palestina dan Transyordan ke arah timur hingga Mesopotamia, yang menjadi Irak. Sekarang wilayah yang sama berarti mencakup Israel, Yordania, Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Jerusalem. Pada Desember 1922, Inggris menyatakan pengakuannya atas "eksistensi suatu Pemerintahan konstitusional yang merdeka di Transyordan." Dan pada 1928 dinyatakan secara khusus bahwa Palestina adalah daerah di sebelah barat sungai Yordan. [32] Hanya di Palestina sajalah Inggris beranggapan bahwa janjinya dalam Deklarasi Balfour dapat diterapkan untuk membantu mendirikan suatu tanah air Yahudi.

Catatan kaki:

1 Lihat, misalnya, Kitab Kejadian 15:18, 'Pada hari itu Tuhan membuat perjanjian dengan Ibrahim melalui firman, 'Untuk keturunanmu Aku berikan tanah ini, dari sungai Mesir hingga sungai besar, sungai Efrat.'"

2 Ben-Gurion, Israel, 80. Teks deklarasi itu dicetak kembali di hlm. 79-81.

3 Bright, A History of Israel, 17-18. Lihat juga Nakhleh, Encyclopedia of the Palestine Problem, 953-70.

4 Epp, Whose land is Palestine?, 39-40. Juga lihat The New Oxford Annotated Bible, 1549-50; Beatty, Arab and Jew in the Land of Canaan, 85.

5 Grose, Israel in the Mind of America, 88-89. Kutipan-kutipan dari laporan Komisi King-Crane terdapat dalam Khalidi, From Haven to Conquest, 213-18, dan Laqueur dan Rubin, The Israel-Arab Reader, 34-42.

6 Nakhleh, Encyclopedia of the Palestine Problem, 4.

*) AIPAC adalah American Israel Public Affairs Committe, lobi utama yang mendukung Israel di Amerika Serikat

7 Bard dan Himelfarb, Myths and Facts, 1.

8 Epp, Whose Land Is Palestine?, 38, 41.

9 Guillaume, Zionists and the Bible, 25-30, dicetak ulang dalam Khalidi, From Haven to Conquest. Lihat juga Nakhleh, Encyclopedia of the Palestine Problem, 953-70.

10 Dewey Beegle, wawancara dengan penulis, 12 Januari 1984.

11 Ben-Gurion, Israel, 80.

12 Sanders, The High Walls of Jerusalem, 612-13.

13 Sachar, A History of Israel, 222.

14 Dikutip dalam Elon, The Israelis, 149.

15 Palestine: Blue Book, 1937 (Jerusalem: Government Printer, 1937), dikutip dalam Epp, Whose Land Is Palestine?, 144. Lihat juga Khalidi, From Haven to Conquest, Lampiran 1.

16 Perserikatan Bangsa-Bangsa, laporan subkomite kepada Komite Khusus untuk Palestina, A/AC al/32, dicetak ulang dalam Khalidi, From Haven to Conquest, 675.

17 Sachar, A History of Israel,163.

18 Said et al., "A Profile of the Palestinian People," dalam Said dan Hitchens, Blaming the Victimis,135-37.

19 Quigley, Palestine and Israel, 73. Lihat juga Khalidi, Before Their Diaspora; Nakhleh, Encyclopedia of the Palestine Problem, terutama Bab 1 dan Bab 2.

20 Ben-Gurion, Israel, 80.

21 Sheldon L. Richman, "'Ancient History': U.S. Conduct in the Middle East since World War II and the Folly of intervention," pamflet Cato Institute, 16 Agustus 1991.

22 Welles, We Need Not Fail, dikutip dalam ibid. Lihat juga Muhammad Zafrulla Khan, "Thanksgiving Day at Lake Success, November 17, 1947;" Carlos P. Romulo, "The Philippines Changes Its Vote;" dan Kermit Roosevelt, "The Partition of Palestine: A Lesson in Pressure Politics," semuanya dalam Khalidi, From Haven to Conquest, 709-22, 723-26, 727-30, secara berturut- turut.

23 Teks Resolusi 181 (II) terdapat dalam Tomeh, United Nations Resolutions on Palestine and the Arab-Israeli Conflict, 1: 4-14.

24 Mallison dan Mallison, The Palestine Problem in International Law and World Order, 171.

25 Quigley, Palestine and Israel, 47.

26 Cattan, Palestine, the Arabs, and Israel, 29; John Ruedy, "Dinamics of Land Alienation," dalam Abu-Lughod, Transformation of Palestine, 125, 134; Said, The Question of Palestine, 98.

27 David Ben-Gurion, War Diaries, dikutip dalam Flapan, The Birth of Israel, 13.

28 Findley, They Dare to Speak Out, 273.

29 Sharon, Warrior, 246.

30 Ibrahim Abu-Lughod, "Territorially-based Nationalism and the Politics of Negation" dalam Said dan Hitchens, Blaming the Victims, 195.

31 Klieman, Foundations of British Policy in the Arab World, 68.

32 Ibid., 234-35. Lihat juga Fromkin, A Peace to End All Peace, 560.

Diplomasi Munafik ala Yahudi - Mengungkap Fakta Hubungan AS-Israel oleh Paul Findley Judul Asli: Deliberate Deceptions: Facing the Facts about the U.S. - Israeli Relationship by Paul Findley Terbitan Lawrence Hill Brooks, Brooklyn, New York 1993 Penterjemah: Rahmani Astuti, Penyunting: Yuliani L. Penerbit Mizan, Jln. Yodkali No. 16, Bandung 40124 Cetakan 1, Dzulhijjah 1415/Mei 1995 Telp.(022) 700931 Fax.(022) 707038

Friday, January 09, 2009

obrolan dengan Al-Ustadz Hilal Ramadhan...

Al Mukarom: bukankah itu yang diajarkan rasulullah? menasihati tidak di depan umum...
7:20pmHilal: ini kan zaman high tech dong
7:21pmAl Mukarom: alah... tidak konstekstual itu hightech2an...
7:21pmHilal: semua lini bisa dimanfaatkan sepanjang itu tdk diharamkan
heheh... rada kapitalis atauh meh keren
7:21pmAl Mukarom: si kehed tehh! bener eta mah... ngan soal menasihati didepan publik itu yang harus lebih hati2... afwan...
7:22pmHilal: betul... harus nyar'i lebih tepatnya mah
7:22pmAl Mukarom: bener ray... hal ini yang saya maksud.. mudah2an antum memahami sikap ana..
7:23pmHilal: btwi coba lihat statemen terakhir andri, dia sudah mulai terbuka
dia memang mengakui pemahaman Islamnya masih kurang. peluang da'wah dung,sok tah anyeuna bagian antum,
7:24pmAl Mukarom: tapi coba antum berempati sebagai andri... berapa besar gengsi yang dia jatuhkan untuk menulis hal itu... antum tahu sendiri andri...
7:24pmHilal: secara pribadi wehhh, heheh
tapi sy menghargai kebesaran hatinya
ketika tdk tahu dia mengakuinya
itu ciri orang yg berjiwa besar dung
7:25pmAl Mukarom: saya pun sangat menghargai itu... alangkah lebih okenya kalo antum secara pribadi menulis di wallnya soal hal ini... sekalian minta maaf kalo ada yang membuat dia tersinggung... itu lebih elegan...
7:26pmHilal: memang sy juga akan memberikan closing statemen dung
7:26pmAl Mukarom: jiga ente gelut jeung jelema terus meunang, tapi geus kitu musuhna ku ente diobatan... kitu kira2...
7:28pmHilal: btw keur dimana antum
7:44pmAl Mukarom: ana dikantor ustadz...
8:00pmAl Mukarom:ray... obrolan kita saya upload di blog saya ya?
menarik nih kayanya...
8:08pmHilal: sori tadi nganter si Ilham.. mo pulang ke bdg dia
8:10pmHilal: haha... silakan saja dung klo lah ada sedikit kebaikan yg bisa diambil
8:22pmAl Mukarom: insyaallah... ini judulnya tentang bagaimana menasihati secara syar'i..
hehehe...

Friday, January 02, 2009

Lelaki Itu Bernama Armand

Saya tak akan melupakan peristiwa ini dalam catatan akhir tahun 2008 saya..
Alkisah, saya berjalan-jalan ke BragaCitywalk dengan niatan hangout dan nonton film di 21 di sana.. peristiwa kedatangan dan kegiatan disana berjalan sebagaimana mestinya tanpa kurang satu apapun. Namun sepulangnya darisana ada yang menarik. Marilah saya ceritakan.

Seperti seharusnya motor parkir disana saya mengambil lantai B3 sebagai tempat parkir, artinya saya memarkir kendaraan dilantai terbawah gedung itu. Begitu usai saya membayar jasa parkir, saya mendapati motor saya tersendat2 seperti tanda habis bensin. Betul saja, jarum penunjuk menunjuk huruf E, damn! habis bensin. Tapi sebagai seorang yang pantang menyerah, sehabis memiring2kan motor kemudian stater motor saya tekan lagi hingga menghasilkan raungan motor yang tersenggal-senggal. "Ok, mau maju nih... segera ke pom bensin..", ujarku dalam hati.

Namun, apatah daya baru sampai di B1 motor sudah mati lagi. Segenap daya upaya saya lakukan lagi, namun tiadalah hasil yang berarti. Hingga akhirnya seorang petugas parkir menghampiri.

"Kenapa kang?", tanyanya langsung setelah tersenyum

"Abis bensin kang.. saateun pisan... didorong, tapi masih aya 2 lantai lg nya?"

"Mau saya anter beli atuh kang? pake motor saya?"

saya diam, bertanya dalam hati namun tak berucap.

"Ga apa-apa?"

"Ga apa-apa... motor saya dibawah kang..", sambil berlalu dan saya terkaget-kaget olehnya..

Sampai di B3, saya masuk lagi diparkiran. Terlihat si akang tadi sedang mempersiapkan motornya.

"Mangga, ini kuncinya.."

Saya masih bingung..

"Akang percaya sama saya?"

"Sok aja.. santailah saya mah..."

Saya masih ga percaya ini orang ngasih pinjem motornya sama yang baru dia kenal.

Biar dia tenang juga minjemin motornya sama saya, saya kasih kunci dan stnk motor saya. Dan sambil ngasih saya masih ga percaya ada orang yang percaya ngasih motornya sama orang yang baru dikenalnya.

Pas keluar, petugas jaga pintu bertanya pada saya?

"Kakaknya Armand?"

"Oh, bukan... baru kenal barusan juga"

Lelaki itupun bingung dan seolah tak percaya mempersilahkan saya beranjak dari sana.

Bergegas menuju Jalan Naripan akhirnya saya menemukan pom bensin, setelah sebelumnya membeli kemudian menyiram pohon oleh air dari botol air mineral yang baru saya beli demi mendapatkan botol bagi sang bensin.

Sepulangnya, lelaki yang akhirnya saya ketahui bernama Armand itu menghampiri saya yang akhirnya berhasil mendapatkan sebotol bensin dan mengisikannya pada motor saya.

"Hatur nuhun Kang Arman..", seraya memberkan kunci, STNK, dan selembar uang utnuk mengganti bensin motornya yang lupa buat saya isi bensin

"Naon ieu? teu kedah atuh kang..", sambil mengembalikan lagi lembaran uang yg saya berikan

"Ieu mah kangge ngagentosan bensin motorna kang..", saya masukan uang itu pada saku celanyanya..

"Eh, nuhun atuh nya..."

"Sami-sami kang, saya nu kedahna nuhun ka akang", sambil berpikir dan tetap tidak percaya da orang yang percaya ngasih motor dan stnknya pula sama orang yang baru dikenalnya.

Kemudian saya menjadi terharu. Dan terus bergema dikepala saya.

"Laki-laki itu bernama Armand", kata gema dikepala saya

Laki-laki itu bernama Armand.

Laki-laki itu bernama Armand.


Related Posts with Thumbnails